KONTRIBUSI PEMIKIRAN ADAM SMITH DALAM MEMBANGUN ILMU EKONOMI
Meskipun pemikiran e konomi telah mulai ditemukan sejak zaman Plato,
pengakuan terhadap ekonomi sebagai cabang ilmu baru terjadi pada abad ke-XVIII,
yaitu setelah kemunculan Adam Smith. Lahir pada tahun 1723 di Kirkaldy,
Skotlandia, Adam Smith merupakan Guru Besar di Universitas Glasgow. Tahun 1759,
Adam Smith menulis buku yang berjudul The
Theory of Moral Sentiments. Buku ini membahas persoalan ekonomi dengan
menghubungkannya dengan masalah moral di mana simpati merupakan kekuatan
dibalik makmurnya suatu masyarakat. Manusia akan didorong oleh bentuk
kedermawanan dalam memotivasi dirinya. Dalam buku ini terkandung dua hal
penting yakni pertama, beberapa orang berpikir bahwa kriteria yang baik dan
yang buruk adalah kesesuaian dengan hukum, dan hukum ditentukan oleh penguasa.
Untuk itu, kriteria yang baik dan yang buruk adalah milik penguasa. Kedua,
bahwa prinsip-prinsip moral dapat dipertanggungjawabkan secara rasional dan
universal.
Selanjutnya, pada tahun 1776,
Adam Smith mempublikasikan bukunya yang berjudul The Wealth of Nations. Pembahasan ekonomi Smith pada buku ini lebih
banyak bersifat mikro. Menguraikan
tentang persoalan pembentukan harga, serta membahas persoalan pembangunan dan
kebijakan untuk memacu pertumbuhan ekonomi dengan menggunakan pendekatan mikro.
Dasar falsafah tata susunan masyarakat agar didasarkan atas hukum alam yang
secara wajar berlaku dalam dunia nyata (the
order of things according to natural law). Pembagian kegiatan dan
spesialisasi, teori tentang nilai dan harga barang, pembagian hasil produksi di
antara faktor produksi, tenaga kerja (upah), tanah (sewa tanah), modal (bunga),
pengelolaan usaha (laba). Kebebasan individu dan kemandiriannya akan membawa
keserasian ekonomi dan kesejahteraan masyarakat laizzez fair dan laizzez
fasser. Smith banyak meramu dan mensintesiskan tulisan-tulisan dari tokoh
merkantilis dan fisiokrat yang berkembang pada abad ke-XVII, karena itulah
pemikiran Adam Smith ini dikenal juga sebagai pemikiran ekonomi klasik. Buku
ini kemudian dianggap sebagai pancangan pertama tonggak sejarah perkembangan
ilmu ekonomi, dan Adam Smith pun diberi gelar Bapak Ilmu Ekonomi.
Aliran klasik yang dipelopori
oleh Adam Smith membahas mengenai beberapa hal seperti
·
Kepentingan pribadi (self interest) yang merupakan kekuatan pengendali perekonomian.
Semua proses yang dijalankan akan menuju kearah kemakmuran bangsa, seolah-olah
setiap individu didorong oleh tangan gaib (the
invisible hand) yang mendorong mereka maju. Kebebasan setiap orang untuk
mengejar kepentingannya dirinya demi sebuah keuntungan. Hal ini bersifat
kodrati dan tidak melanggar prinsip keadilan. Setiap individu berusaha untuk
menggunakan modalnya sehingga diperoleh hasil yang setinggi-tingginya. Dia pada
umumnya tiaklah bermaksud untuk menunjang kepentingan umum dengan perbuatannya
itu, dan pula ia tidak tahu sampai seberapa jauhkan penunjangnya itu. Ia
berbuat itu hanyalah untuk kepentingan sendiri, hanya untuk keuntungannya
sendiri. Didalam hal ini ia dibimbing oleh suatu “Tangan Gaib” untuk mencapai
sesuatu yang menjadi tujuan utamanya. Dengan mengejar kepentinga pribadi
seperti itu, ia akan mendorong kemajuan masyarakat dengan dorongan yang
seringkali bahkan lebih efektif daripada kalau ia memang sengaja melakukannya.
·
Tujuan utama menegakkan ilmu ekonomi adalah
pembangunan masyarakat melalui pembangunan ekonomi. Kaum kapitalis berpendapat
bahwa kaum pemilik modal (capital) adalah tokoh sentral dalam pembangunan
ekonomi. Jika para pemilik modal (kaum kapital) dibebaskan berusaha maka
usahanya itu dengan sendirinya akan memberi manfaat ke pada masyarakat
sekitarnya.13 Buah pikiran Maltus (pengikut Adam Smith) berkembang kemana-mana,
terutama di Amerika Serikat. Amerika Serikat menggunakan metode pembangunan
ekonomi liberal ciptaan Adam Smith menurut resep Maltus. Para pemilik modal
berlomba-lomba mendirikan perusahaan mempekerjakan masyarakat banyak pada
akhirnya negeri ini mengalami kemakmuran.
·
Menentang setiap bentuk campur tangan pemerintah
dalam industri dan perniagaan. Model
pemikiran Adam Smith ini disebut Laissez Faire yang berasal dari bahasa
Perancis, digunakan pertama kali oleh para fisiokrat di abad ke 18 sebagai
bentuk perlawanan terhadap intervensi pemerintah dalam perdagangan.
Laissez-faire menjadi sinonim untuk ekonomi pasar bebas yang ketat selama
awal dan pertengahan abad ke-19. Secara umum, istilah Laissez Faire dimengerti sebagai sebuah doktrin
ekonomi yang tidak menginginkan adanya campur tangan pemerintah dalam
perekonomian. Adam Smith memandang produksi dan perdagangan sebagai kunci untuk
membuka kemakmuran. Agar produksi dan perdagangan maksimal dan menghasilkan
kekayaan universal, Smith menganjurkan pemerintah memberikan kebebasan ekonomi
kepada rakyat dalam bingkai perdagangan bebas baik dalam ruang lingkup domestik
maupun internasional.
·
Pada
hakekatnya perilaku manusia mempunyai enam motif. Keenam motif itu antara lain:
cinta diri sendiri (self-love), simpati, keinginan untuk merdeka,
mempunyai sopan santun, senang bekerja dan cenderung untuk saling menukar,
barter dengan barang-barang lain. Dengan dasar dan motif ini manusia bebas
mempertimbangkan dan memperoleh apa yang dia rasa patut untuk kepentingan
dirinya.
·
Pertukaran
akan mendatangkan kepuasan serentak bagi dua individu. Setiap orang
menghasilkan sesuatu yang dapat menguntungkan dirinya dan dipertukarkan dengan
orang lain. Ini berarti, pembuatan barang atau jasa telah mempertimbangkan
kepentingan orang lain. Smith tidak hanya melihat sektor pertanian sebagai
sektor yang produktif, tetapi mempelajari lebih luas hubungan perdagangan,
industri dengan pertanian. Dengan mendorong investasi ke sektor industri akan
mengembangkan sektor pertanian dan menimbulkan kegiatan pertukaran. Ini berarti
memajukan perdagangan.
·
Kekayaan
suatu bangsa tergantung pada: pertama, tingkat produktivitas tenaga kerja dan
kedua, jumlah penggunaan tenaga kerja, yakni tenaga kerja produktif yang
terpakai. Smith memulai pembahasan pembagian kerja karena hal ini menyangkut
dasar terjadinya transformasi dari bentuk tenaga kerja yang konkrit dan
produktif yang menghasilkan barang-barang (nilai guna) menjadikan tenaga
kerja sebagai suatu unsur sosial. Secara abstrak, inilah yang menjadi sumber
kekayaan (nilai tukar). Pembagian kerja adalah dasar untuk meningkatkan
produktivitas tenaga kerja.
·
Dalam
pembagian kerja, Smith menyimpulkan bahwa produktivitas tenaga kerja akan lebih
maksimal apabila dilakukan pembagian kerja (division of labor). Artinya,
pembagian melalui spesialisasi perorangan yang melakukan produksi akan
menghasilkan output yang lebih baik dan lebih efisien. Smith juga menjelaskan
dengan menggunakan teknologi-teknologi baru dalam sistem produksi akan
meningkatkan hasil produksi pula. Maka dari itu, Smith percaya pada kekuatan
investasi dalam pembelian atau penggunaan teknologi.
·
Pada
ekonomi yang lebih modern, telah terjadi akumulasi modal dan lahan dimiliki
tuan lahan, sedangkan pemilik modal mendapat laba. Dengan demikian terjadi
pergeseran arti teori nilai. Dengan demikian, nilai nyata suatu barang sama
dengan ongkos produksi. Jadi, sumber nilai bukan hanya tenaga kerja, tetapi
juga lahan dan pemilik modal.
·
Teori
keunggulan mutlak (theory of absolute
advantage) merupakan teori yang dikemukakan oleh Adam Smith. Teori ini
menyatakan bahwa setiap negara akan memperoleh manfaat perdagangan
internasional apabila melakukan spesialisasi pada produk yang mempunyai
efisiensi produksi lebih baik dari negara lain, dan melakukan perdagangan
internasional dengan negara lain yang mempunyai kemampuan spesialisasi pada
produk yang tidak dapat diproduksi di negara tersebut secara efisien.
Sumber:
Deliarnov, 2010. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Jakarta:Rajawali Pers.
Skousen,
Mark, 2007. Sang Maestro Teori-Teori
Ekonomi Modern. Jakarta:Prenada Media.
Dahar,
Rustam, 2012. Teori Invisible Hand Adam Smith dalam Perspektif Ekonomi Islam. Economica, Vol 2, Edisi 2, hlm. 57-70.
http://tututcahyanti.blogspot.com/2016/03/pemikiran-klasik-adam-smith.html.
Oleh: Yeni Ariani (EA1610884) Kelas
Akuntansi Sore